Pakar Unair: Efisiensi Anggaran Harus Tepat Sasaran Jangan Sampai Merugikan Pendidikan
Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang menyoroti efisiensi dalam pengelolaan belanja negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2025. Kebijakan ini berimbas pada pemangkasan anggaran di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Langkah ini pun menuai perhatian berbagai kalangan, terutama akademisi.
Prof. Dr. Tuti Budirahayu, Dra., M.Si., seorang pakar sosiologi pendidikan dari Universitas Airlangga (Unair), menyampaikan bahwa kebijakan penghematan anggaran harus dilakukan secara bijak dan tidak sembarangan. Menurutnya, sektor pendidikan tidak boleh menjadi korban pemangkasan anggaran yang berlebihan, karena dapat berdampak negatif terhadap mutu pembelajaran dan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.
Dampak Pemangkasan Anggaran terhadap Infrastruktur Pendidikan
Salah satu aspek yang paling rentan terkena dampak dari penghematan anggaran adalah infrastruktur pendidikan. Prof. Tuti menegaskan bahwa pemotongan anggaran yang menyasar pemeliharaan dan peningkatan sarana belajar bisa menimbulkan permasalahan besar. Jika fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan tidak mendapatkan perawatan yang memadai, kualitas pembelajaran akan menurun secara signifikan.
Pakar Unair: Efisiensi Anggaran Harus Tepat Sasaran Jangan Sampai Merugikan Pendidikan
“Apabila anggaran untuk memperbaiki atau meningkatkan sarana pendidikan dikurangi, maka risiko yang dihadapi adalah kerusakan fasilitas sekolah yang tidak segera diperbaiki, keterbatasan akses ke laboratorium yang layak, hingga minimnya ketersediaan peralatan pembelajaran,” ujar Prof. Tuti dalam pernyataannya.
Ancaman terhadap Kualitas Guru dan Proses Pembelajaran
Selain infrastruktur, pemangkasan anggaran juga dapat berdampak pada peningkatan kapasitas tenaga pengajar. Guru sebagai pilar utama dalam pendidikan memerlukan pelatihan dan pengembangan berkelanjutan agar dapat memberikan pembelajaran berkualitas. Namun, jika anggaran untuk program pelatihan dan peningkatan kompetensi guru dipangkas, maka dampaknya akan dirasakan secara langsung oleh peserta didik.
“Kualitas pengajaran slot server thailand sangat bergantung pada kapasitas tenaga pendidik. Jika mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau workshop, maka metode pengajaran akan stagnan dan tidak berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman,” tambahnya.
Menurutnya, penghematan anggaran seharusnya tidak menghambat peningkatan kualitas sumber daya manusia. Justru, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam alokasi anggaran, mengingat perannya yang sangat penting dalam membangun masa depan bangsa.
Solusi dan Rekomendasi untuk Efisiensi yang Lebih Tepat
Sebagai solusi, Prof. Tuti menyarankan agar efisiensi anggaran dilakukan dengan lebih selektif. Pemerintah perlu mengidentifikasi pos pengeluaran yang bisa dikurangi tanpa merugikan sektor-sektor strategis seperti pendidikan. Misalnya, penghematan bisa difokuskan pada belanja operasional yang tidak terlalu mendesak, seperti perjalanan dinas atau pengadaan yang kurang prioritas.
“Efisiensi seharusnya dilakukan pada aspek-aspek yang tidak langsung berdampak pada kualitas pendidikan. Misalnya, belanja yang sifatnya administratif bisa dikaji ulang, sementara anggaran yang mendukung peningkatan mutu pendidikan tetap harus dipertahankan,” jelasnya.
Selain itu, Prof. Tuti juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran pendidikan. Dengan pengawasan yang ketat, pemangkasan anggaran tidak akan berujung pada berkurangnya kualitas pendidikan, melainkan lebih kepada optimalisasi pemanfaatan dana.
Kesimpulan
Kebijakan efisiensi anggaran memang menjadi langkah yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan negara. Namun, dalam penerapannya, perlu dipastikan bahwa sektor-sektor krusial seperti pendidikan tetap mendapatkan dukungan anggaran yang memadai. Infrastruktur sekolah, peningkatan kapasitas guru, serta fasilitas pembelajaran harus tetap menjadi prioritas agar kualitas pendidikan tidak tergerus.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang lebih selektif dalam melakukan penghematan anggaran, sehingga dapat mencapai tujuan efisiensi tanpa mengorbankan masa depan pendidikan di Indonesia.